Angin berhembus membangunkanku dari lamunan. Kufokuskan mata dan melihat beberapa manusia sibuk bekerja dengan laptopnya, kertasnya atau hp lainnya. Lalu mulai terdengar riuh suara manusia yang bekerja.
Ah ternyata aku ada di kantorku, kami sedang berada diruang meeting membicarakan inflasi yang sedang berlangsung di eropa.
Tapi tempat ini terlalu nyaman dan presentasinya terlalu bisa ditebak sehingga pikiranku berlari meninggalkan tubuhku.
Ah, aku terlalu pandai melamun sehingga dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali....
Oke. Asisten jepangku tentu saja. Bisa dibilang tidak jepang kecuali wajahnya. Karena seperti aku, dia juga tinggal dan besar di negara para satria. Negara yang dipimpin seorang ratu dengan bahasanya yang mendunia.
Ah dia memandangku. Dibalik kacamata itu terdapat mata tajam seperti elang, mungkin lebih ke rubah. Ha ha ha. Aku tersenyum dan kembali memperhatikan presentasi.
~
Akhirnya, berahir. Aku sudah berada diruanganku kembali. Ruangan yang di disain senyaman mungkin untukku. Sebuah meja kerja mahoni dengan kursi yang empuk. Aku suka sekali kursi ini.
Disebelah kanan ada rak2 buku dan disebelah kiri ada bingkai besar berisi keluarga kecilku. Rak-rak itu menutupi hampir dari tembok kanan. Disudut kiri terjauh tertata dengan baik sofa-sofa santai berwarna hijau.
Ruangan ini gabungan antara hijaunya perabotan dengan putihnya dinding. Yang mungkin sentuhan hitam yang elegan. Mejaku sebanding lurus dengan pintu masuk. Dua buah pintu hitam yang kokoh memisahkan ruangan ini dengan ruangan para asisten. Sejujurnya ruangan ini terlampau besar untuk menampung seorang pekerja, yaitu aku. Lagi-lagi aku.
Dan yang paling kusukai adalah jendela besar dibelakang meja kerjaku. Lebih tepat dikatakan kaca pengganti tembok. Dan sekarang aku sedang berhadapan dengan jendela itu.
~
Sekarang aku sedang mengecek jadwal temu dengan beberapa kolega. jendela besar dibelakangku dilatari oleh warna hitam.Hitam sehitamnya malam, sayang sekali bintang dilangit sinarnya lebih redup dibandingkan dengan bintang-bintang di bumi.
Pintu terbuka dan asisten jepangku masuk. Dia melangkah dengan mantap ke arahk. Aku menghentikan pekerjaanku dan memperhatikannya mendekat.
Dia selalu sempurna dalam waktu apapun. Rambut hitamnya selalu rapi tanpa banyak perlu usaha. Ah aku melirik sedikit rambut “sapu”ku yang pirang. Kasar dan susah diatur. Selera berpakaian kami mirip walaupun aku menyukai warna-warna cerah dan dia lebih suka warna-warna yang lebih gelap. Itu terlihat dari warna biru tua dasinya dan aku lebih memilih orange citrus untuk warna dasi hari ini.
Dia berdiri dihadapanku dan bertanyakapan aku berniat untuk pulang. Aku memintanya untuk pulang dan beristirahat. Aku akan menyusulnya nanti.
Dia menghela napas dan memohon diri. Sebelum itu, dia mengingatkanku untuk tidak lupa memesan kudapan malam. Diteruskan dengan membacakan jadwal kerja seminggu ini dari handphone canggihnya.
Setelah kepergiannya, ruangan ini jadi begitu sepi. Mungkin hanya ada beberapa orang saja di gedung ini sekarang. Aku membuka komputer disebelah kananku dan menyalakan pemutar musik dengan volume lumayan keras. Aku berbalik dan menghadap jendela...
Komentar
Posting Komentar