Jakarta itu apa ya? Jakarta itu banjir dan macet.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu hiruk pikuk dan padat.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu panas dan gersang.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu metropolis dan hidup.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu tempatku dibesarkan.
Di dalam bus ini kupandangi sepotong jendela dimana tercium aroma gas mobil berhembus.
Di dalam bus ini, aku berlindung dari tetesan air yang terjatuh dari langit. Kami menyebutnya hujan. Tapi kenapa? Apa langit sedang menangis karena Jakarta?
Di dalam bus ini, terpampang wajah-wajah letih menunggu pulang. Bermimpi andai saja Jakarta lenggang maka "aku" bisa sampai di rumah dengan cepat.
Di dalam bus ini, sepotong jendela kecil yang memperlihatkan kegiatan Jakarta padaku. Aku tidak menyukai langit itu. Langit yang tidak berbintang. Tetapi...aku menyukai kebisingan ini. Jalan-jalan berdebu itu dingin dan menyesatkan. Jakarta selalu terselimuti benda itu.
Tet tet tetttttttttttttttttt...
Tret tret trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Tet Trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Ow, bising ya? Jakarta kalau macet memang seperti itu. Dimana-mana andrenalin yang bekerja. Kenapa sih tidak sabar? Kenapa harus kalah dari rasa lelah dan capai?...padahal kalian selalu berjuang di pagi siang harinya.
Kenapa? Oh jendela bus?
Tet tet tetttttttttttttttttt...
Tret tret trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Tet Trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Huh, sepotong jendela bus yang merefleksikan keadaan jalanan Jakarta. Siapa sih yang memulai kebisingan ini? Siapa yang membuat Jakarta begitu padat?
Mari kita tanya sepotong jendela bus ini....
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu hiruk pikuk dan padat.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu panas dan gersang.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu metropolis dan hidup.
Jakarta itu apa ya? Jakarta itu tempatku dibesarkan.
Di dalam bus ini kupandangi sepotong jendela dimana tercium aroma gas mobil berhembus.
Di dalam bus ini, aku berlindung dari tetesan air yang terjatuh dari langit. Kami menyebutnya hujan. Tapi kenapa? Apa langit sedang menangis karena Jakarta?
Di dalam bus ini, terpampang wajah-wajah letih menunggu pulang. Bermimpi andai saja Jakarta lenggang maka "aku" bisa sampai di rumah dengan cepat.
Di dalam bus ini, sepotong jendela kecil yang memperlihatkan kegiatan Jakarta padaku. Aku tidak menyukai langit itu. Langit yang tidak berbintang. Tetapi...aku menyukai kebisingan ini. Jalan-jalan berdebu itu dingin dan menyesatkan. Jakarta selalu terselimuti benda itu.
Tet tet tetttttttttttttttttt...
Tret tret trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Tet Trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Ow, bising ya? Jakarta kalau macet memang seperti itu. Dimana-mana andrenalin yang bekerja. Kenapa sih tidak sabar? Kenapa harus kalah dari rasa lelah dan capai?...padahal kalian selalu berjuang di pagi siang harinya.
Kenapa? Oh jendela bus?
Tet tet tetttttttttttttttttt...
Tret tret trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Tet Trettttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt...
Huh, sepotong jendela bus yang merefleksikan keadaan jalanan Jakarta. Siapa sih yang memulai kebisingan ini? Siapa yang membuat Jakarta begitu padat?
Mari kita tanya sepotong jendela bus ini....
Komentar
Posting Komentar