Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Bakmi Mewah Rasa (review)

Pasar baru yaitu bakmi instan! Pertama lihat iklannya dulu: ( https://www.youtube.com/watch?v=Tr93uMHk770 ) Wah iklan yang persuatif, ya. Tagline-nya bakmi dengan daging ayam asli loh. Betulkah daging ayam dan jamur asli? Ternyata memang daging ayam dan jamur asli!                              Hehehe, sedikit berbeda ya penampakan yang diiklan dengan yang saya buat sendiri. Biasa itu. Tapi daging ayam dan jamurnya memang asli. Oke, iklan ini sudah berseleweran di TV sejak beberapa bulan lalu. Lalu minggu lalu beli dua bungkus Bakmi Mewah Rasa. Hehehe. Kemasan bakmi ini terbuat dari kardus berwarna hitam yang dibungkus plastik bening. Cukup besar dibandingkan dengan versi indomie. Tulisannya Bakmi Mewah -rasa-. Tertera logo halal dibawahnya. Kalau dibuka maka akan ada Bakmi kering yang harus direbus dahulu. Masih dibungkus plastik. Bakminya model keriting. Kemudian tersedia beberapa bumbu lain. Ada saus bakmi, daun bawang kering, saus pedas da

Kamen Riders Fourze, Uchuu Kitaa!

Pic by YorkeMaster Hellow, Akhirnya setelah beberapa bulan, saya menamatkan juga menonton Kamen Rider Fourze. Itu loh Kamen Rider yang punya kaki roket dalam promo iklannya dan bercerita tentang zodiak, astronot, luar angkasa serta semangat masa muda. Kamen Rider yang sudah tayang bertahun-tahun lalu sih. Hanya saja baru sempat saya tonton tahun ini. Secara keseluruhan saya suka cerita/plot, karakter dan musik Kamen Rider Fourze. Seting tempatnya di sekolah dengan gaya santai dan lucu. Dramanya pun masih membuat kita bersemangat. Sepertinya Fourze ini targetnya anak-anak sampai anak-anak muda karena ngak terlalu bikin 'kokoro' sakit seperti beberapa judul lainnya. :") Oh ya, Kamen Ridernya cuma 2. Lalu tiba-tiba ada pencerahan muncul. Kalau Kamen Rider dalam 1 serial ada banyak berarti dramanya juga lebih banyak. Biasanya juga serial Kamen Rider tersebut membuat 'kokoro' sebelum pecah, ya, dibanting dan dipelintir gitu *Upz, not gomen 'Kokoro'

Keringat Dan Senyum Di Ennichisai, 14 Mei 2016

Edisi narsis, Pertama saya bermaksud meminta maaf karena edisi ini bukan edisi cerita panjang sebagaimana event-event sebelumnya. Yah, tahun ini saya hanya berkunjung 1 hari serta sibuk berkeliling bersama sahabat terbaik serta berkaos hijau bersama JOC. Bisa dikatakan kalau kali ini edisi NARSIS FOTO. Foto yang ada di sini diambil dari hp saya sendiri maupun diambil oleh teman-teman lainnya. Biasanya foto saya bisa dihitung dengan 1 tangan lantaran keseringan jadi kamerawomen. Terima kasih karena memfoto saya. xD Oh ya, edisi narsisnya tidak saya sendiri loh. *plak xD Btw, apa sih JOC itu? JOC adalah singkatan dari Jakarta Osouji Club. Sebuah komunitas yang peduli akan kebersihan di Jakarta. MALU BUANG SAMPAH SEMBARANGAN adalah moto komunitas tersebut. Page FB:  https://web.facebook.com/JakartaOsojiClub/?fref=ts Official Twitter:  https://twitter.com/JKT_osojiclub ----- Foto saya (berkacamata) bersama none Bunge. Yang jelas pencahayaannya lagi bagus! *plak                  

Tintentod (Inkdeath) karya Cornelia Funke

Tintentod by Cornelia Funke My rating: 3 of 5 stars Tintentod (Inkdeath) adalah cerita yang ditulis bagaikan dongeng. Dongeng tentang hal baik dan jahat dituturkan secara luar biasa nyata alias 'kelam'. Jika dikatakan sebagai dongeng anak-anak, iya, dongeng anak-anak yang 'kelam' jika dibandingkan dengan karya-karya Disney yang imut. Kisahnya sendiri tidak dapat ditebak sampai akhir. Tokoh-tokohnya tipikal namun juga tidak tipikal. Orang itu jahat atau orang itu baik tapi jalan yang cerita yang ditunjukkan bisa membuat kita bertanya benarkah orang itu jahat atau orang itu baik? Nama julukan merupakan hal yang menarik dan menjadi bagian dari seri Tintenwelt. Bagaimana nama julukan tersebut membawa cerita Tintentod menjadi lebih berkembang. Nama julukan tersebut membuatmu menjadi dirimu sendiri atau memerangkapmu menjadi hal yang julukan tersebut inginkan. Pangeran Perak, Si Buruk Rupa, Pangeran Hitam, Lidah Ajaib dan lain sebagainya. Kematian menjadi momok yang