Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su

37 tahun 'Jazz Goes To Campus' di UI

Hai, November 2014 - Indonesia. Jazz Goes To Campus ke-37 mengadakan serangkaian acara dengan tajuk "The Ultimate Jazzperience" yang dikatakan sebagai semangat untuk memberikan pengalaman indah dalam menikmati musik Jazz. Mahasiswa FEUI pasti bangga karena festival jazz ini diakuin sebagai festival jazz tertua di Indonesia. Hehehe. Karena satu dan lain alasan wa berkesempatan datang ke acara terakhir Jazz Goes To Campus yang biasa disingkat JGTC di FE UI!. Kok bisa sih? Jazz? Tahu apa sih wa tentang Jazz?. Jujur wa sama sekali tidak bisa membedakan mana yang musik jazz, mana yang musik soul atau lainnya. Karena musik Indonesia yang wa suka, ya - musik - enak - tahun 90an - 2000an awal. Sekarang malah playlist kebanyakan J-pop & J-rock atau K-pop. Tapi telinga wa sih memaklumi musik-enak dari beberapa penyanyi dan tidak membatasi aliran musik. Ran? Glenn Fredly? hmmm, wa suka musik mereka secara keseluruhan. Rencananya mau datang dari siang tapi karena acara sam

Lady Alice Tearoom: Gandaria City lantai 2

Afternoon tea time... Bulan lalu atau tahun lalu (2014), ya? hehehe. Setelah wisata kuliner masakan bebek, wa dan teman berpikir wisata kuliner apa lagi nih kita. Teman wa yang bernama Ocha nyeletuk tentang minum teh. Sekarang ini Jakarta mempunyai banyak kedai kopi dari yang harganya murah sampai mahal. Kedai teh praktis pun marak dengan harga yang terjangkau. Tapi Ocha dengan spesifik menyebutkan minum teh ala British gitu ;))). Nice idea!. Pada saat yang sama wa melihat dekorasi Lady Alice Tearoom yang manis dan mengontak Ocha. Ocha dengan segera mencari info tentang Lady Alice Tearoom dan menemukan promo diskon. Wow, waktu yang tepat. Setelah bincang-bincang, beli voucher diskon Lady Alice dan penentuan tanggal datang, akhirnya hari rabu kemarin kami mengunjungi Lady Alice Tearoom: Gandaria City lantai 2. Kami berangkat cukup siang dan sekitar jam 2 sampai di Lady Alice Tearoom lantai 2. Dekornya masih seperti yang wa ingat, imut dengan nuansa biru dan putih. Ocha memberikan