Langsung ke konten utama

Lady Alice Tearoom: Gandaria City lantai 2

Afternoon tea time...

Bulan lalu atau tahun lalu (2014), ya? hehehe. Setelah wisata kuliner masakan bebek, wa dan teman berpikir wisata kuliner apa lagi nih kita. Teman wa yang bernama Ocha nyeletuk tentang minum teh. Sekarang ini Jakarta mempunyai banyak kedai kopi dari yang harganya murah sampai mahal. Kedai teh praktis pun marak dengan harga yang terjangkau. Tapi Ocha dengan spesifik menyebutkan minum teh ala British gitu ;))). Nice idea!.

Pada saat yang sama wa melihat dekorasi Lady Alice Tearoom yang manis dan mengontak Ocha. Ocha dengan segera mencari info tentang Lady Alice Tearoom dan menemukan promo diskon. Wow, waktu yang tepat. Setelah bincang-bincang, beli voucher diskon Lady Alice dan penentuan tanggal datang, akhirnya hari rabu kemarin kami mengunjungi Lady Alice Tearoom: Gandaria City lantai 2.

Kami berangkat cukup siang dan sekitar jam 2 sampai di Lady Alice Tearoom lantai 2. Dekornya masih seperti yang wa ingat, imut dengan nuansa biru dan putih. Ocha memberikan voucher Lady Alice ke mbak disana. Lalu kami berjalan ke tempat meja paling ujung yang ada sofanya. Waktu kami datang hanya 1 meja yang terisi selain kami. Untuk paket makanannya sudah ditentukan di voucher belum termasuk minum.

Mbak yang jaga memberikan pilihan menu teh. Menunya terlihat menarik. Teh berbagai macam termasuk yang untuk sendiri maupun yang bisa untuk berdua. Akhirnya kami memilih paket teh yang bisa berdua yaitu LADY ALICE TEA seharga Rp 28.000,- (belum termasuk ppn + servis 5%). Sambil menunggu kami sedikit mengobrol dan online. Wifi disana bekerja dengan baik. :)

Cemilan cantik datang duluan. Terdiri dari 3 tingkat. Paling atas ada 1/2 slide green tea velvet cake dan 2 macaroon. Tingkatan yang tengah ada 1/2 slide chocolate cake dan 1 brownis coklat. Tingkatan paling bawah ada 1 sandwich beef  yang dipotong jadi 2. Set ini bisa berubah tergantung pilihan. Karena kami memakai voucher diskon jadi pilihannya juga terbatas.

Kemudian set teh datang. Poci pot besar dan 2 set cangkir cantik. Teh dengan aroma mengiurkan itu kami tuang ke cangkir masing-masing. Hal pertama yang wa lakukan adalah menghirup aroma teh Lady Alice Tea. Aroma mawar. Kemudian mencicip teh tersebut. Rasa teh leci dengan aroma mawar. Panas dan pahit, oleh karena itu wa menambahkan gula ke teh tersebut. Menghirup aromanya lagi dan mencicipi teh yang masih pahit tersebut ;'>. Sekitar 1 1/2 jam kami di sana. Wa 3x menuang teh ke cangkir cantik jadi dalam Poci pot besar tersebut bisa 6x menuang teh, loh!

Sambil ber-tea time, kami membicarakan tentang teh juga. Ocha memberi informasi kalau minum teh ala British, ketika mengaduk tidak boleh berbunyi. Jadi kita mulai pelan-pelan ngaduknya deh. Lalu perlengkatan set tehnya dimuat dengan tulang sapi. Apa! Tulang sapi? Kok bisa?. Ternyata agar perlengkapan teh tidak berubah warna karena digunakan untuk minum teh. Maka dibuatlah set teh yang tahan panas dan tahan perubahan warna. Kalau tanya mbah google sih banyaknya disebut 'bone china' yang terdiri dari tulang sapi dan lainnya.

Overview:
- Dekorasi yang unyuu dan wifi yang bekerja dengan baik. Tehnya juga lumayan.
- Bukan tempat dimana makanan setara dengan harganya karena kita disini beli tempat dan suasananya.
- Kalau pelayanan tergantung standar masing-masing sih. Mau pelayannya gak senyum atau jutek selama order wa datang dengan tepat, wa gak masalah. Gak ganggu wa makan atau minum juga. Kadang berpikir juga sih dengan pembayaran servis 5% pelayanan harus baik, bukan?


nb: Maaf tidak ada foto karena terjadi kesalahan sewaktu tranfer data dari hp. Jadi semua foto di hp termasuk foto di Lady Alice Tearoom terhapus (T.T)/



referensi:
http://www.articlesphere.com/id/Article/Bone-China-Tea-Cups--The-Pride-of-England/195724





Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi (The 5th Wave, #2) by Rick Yancey

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi by Rick Yancey My rating: 4 of 5 stars Sinopsis: Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi? Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka. Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat Gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia. Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.  ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi merupakan buku kedua (#2) dari seri The 5th Wave/Gelombang 5. Sudah diterbitkan 3 novel lengkap oleh Gramedia Pustaka. Kemudian  The 5th Wave - Gelombang 5  telah diadaptasi ke layar bioskop dengan judul yang sa

Bishounen VS Ikemen

Dear Para Bishounen dan Ikemen, Sebenarnya lagi senang nonton dorama sih. Jadi kebawa-bawa dah istilah bishounen dan ikemennya. Lalu setelah itu wa mulai bertanya ada atau tidak perbedaan makna bishounen dan ikemen, atau sama saja pengunaan kedua kata tersebut?. Sebagai dasar atau bayangan awal, keduanya adalah istilah jepang untuk menunjukkan pemuda cantik. Hayo, pemuda cantik yang seperti apa?. Wa jadi berdebar-debar sendiri nih... *LOL XD 1) (*o*)q Oke, pertama kita mulai dari asal katanya menurut wikipedia jepang. Namun, karena isi wikipedia sendiri dapat "diciptakan" oleh penggunanya dimana setiap orang dapat berkontribusi dalam penulisan dan mengubah suatu artikel berarti wikipedia bukan bahan referensi yang valid seperti buku dan lain sebagainya. Tetapi wikipedia merupakan sumber referensi yang patut diperhitungkan. Penggunaan wikipedia jepang yang ditulis oleh orang jepang memberikan kita sudut pandang dari orang jepang. Oleh karena itu, mari kita telusuri arti

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su