Langsung ke konten utama

37 tahun 'Jazz Goes To Campus' di UI

Hai,

November 2014 - Indonesia. Jazz Goes To Campus ke-37 mengadakan serangkaian acara dengan tajuk "The Ultimate Jazzperience" yang dikatakan sebagai semangat untuk memberikan pengalaman indah dalam menikmati musik Jazz. Mahasiswa FEUI pasti bangga karena festival jazz ini diakuin sebagai festival jazz tertua di Indonesia. Hehehe. Karena satu dan lain alasan wa berkesempatan datang ke acara terakhir Jazz Goes To Campus yang biasa disingkat JGTC di FE UI!.

Kok bisa sih? Jazz? Tahu apa sih wa tentang Jazz?. Jujur wa sama sekali tidak bisa membedakan mana yang musik jazz, mana yang musik soul atau lainnya. Karena musik Indonesia yang wa suka, ya - musik - enak - tahun 90an - 2000an awal. Sekarang malah playlist kebanyakan J-pop & J-rock atau K-pop. Tapi telinga wa sih memaklumi musik-enak dari beberapa penyanyi dan tidak membatasi aliran musik. Ran? Glenn Fredly? hmmm, wa suka musik mereka secara keseluruhan.

Rencananya mau datang dari siang tapi karena acara sampai malam banget dan Glenn baru ada di penghujung acara jadi wa sampai FE UI sekitar jam 5 sore. Sore dan antriannya masih puanjang banget. Ini beneran, loh!. Sebelum magrib masih bisa jalan walaupun orang-orang masih terus berdatangan. Tapi menjelang jam 9 sudah penuh sekali. Orang-orang sudah menempati atau men'tag' tempat terbaik yang bisa mereka usahakan untuk menonton penyanyi jazz favorit masing-masing.

Antrian panjang tiket dari ujung foto ke ujung foto lainnya.

Untungnya wa dapat pass tiket jadi langsung menuju gerbang. Setelah melalui gerbang ada JGTC Museum yang cukup panjang. Di dalamnya ada tulisan dan fakta menarik. Sayangnya wa tidak bisa lama-lama di dalam JGTC Museum. Setelah JGTC Museum ada deretan stand puanjang yang tidak kalah sama antrian tiket yaitu stand makanan dan pernak-pernik.

Tepat berada di dekat pintu masuk JGTC.
Di dalam JGTC Museum.

Melewati stand makanan sudah banyak orang yang berlalu lalang. EEEEEEE, ada satu panggung besar namun diisi sama iklan dan sponsor. Setelah berputar-putar ternyata ada 4 panggung yang masing-masing diisi penampilan dari para penyanyi jazz. Ada juga area permainan yang di bangun oleh para sponsor serta dinding buat narsis berfoto dengan beberapa big poster penyanyi jazz. Kemudian ada satu area yang dihiasi lampu unik dengan gambar dari para penyanyi jazz. Kemudian ada simbol atau logo dari 37 tahun 'Jazz Goes To Campus' yang besar. Karena ramai dan banyak yang berfoto disana jadi cuma sempat foto dari belakang gitu ;P.

Hiasan lampu di satu area yang menarik.
37 tahun 'Jazz Goes To Campus' dari belakang.

Di panggung Nescafe terlihat penampilan memukau dari GLANZE. Pemain musiknya unyuu gitu karena memakai baju yang seragam jadi kayak kurcaci dan putri snow white #abaikan. Suara sang vocalis sangat bagus kalau dibilang memukau. Inikah Jazz? Wow, musik yang sangat kaya nada. Hahaha.

Kemudian wa jalan untuk ke panggung berikutnya yang ternyata penuh sekali hingga tidak bisa menembus kerumunan orang. Akhirnya jajan dan cuma bisa dengerin BANDANAIRA yang lagi manggung di stage terdekat dari jauh. Setelah selesai makan, wa pergi ke panggung paling ujung yang sama penuhnya. Tapi disini, wa masih bisa melihat panggung dan penyanyinya. Wow, powerfull voice. ESQI:EF - Syaharani and Quennfireworks sedang beraksi. Saking takjubnya sama suara Syaharani, wa disana sampai lagu terakhir! 

GLANZE.
ESQI:EF - Syaharani and Quennfireworks.

Setelah itu, wa pindah ke panggung lain untuk menonton penampilan spesial dari Sondre Lerche. Sebelum penampilan bule ini ada jeda yang agak lama di panggung untuk kuis? komedi? bincang-bincang? pokoknya nge-MC deh. Lalu Sondre Lerche datang dengan gitar dan nyanyi solo. Semakin malam semakin penuh dan dingin. Akhirnya setelah 3 lagu dan penuh sesak, wa pergi ke panggung paling ujung menunggu Tulus. Panggung yang sama dengan ESQI:EF - Syaharani and Quennfireworks. Di tengah jalan menanti penampilan Tulus ada satu pohon yang digantungi lampion/lampu cantik. Hahaha, wa mandang ke atas mulu, untung gak muncul macem-macem. Lumayan lama nunggu Tulus sekitar 30 menitan? Tapi tetap tidak bisa lihat panggung karena super duper penuh. Dingin, akhirnya ngemil coklat dan jalan-jalan lagi buat berfoto. Balik ke panggung Tulus, ada insiden kecil. Orang-orang pada teriak. Ternyata mereka meneriakkan beberapa orang yang naik ke atap mobil dan menghalangi pandangan ke panggung.

Lalu Tulus pun bernyanyi, wa hanya mendengar nyanyiannya dari jauh karena panggung sama sekali tidak keliatan sambil ngemil coklat. Hmm, wa baru beberapa minggu lalu diracuni dengan lagu-lagu Tulus sih. Lagunya lumayan sampai wa bela-belain berdesakan diantara penuhnya orang. Ketika Tulus bernyanyi lagu hitsnya semua yang disana ikut bernyanyi. Ramai deh. Terasa penantian terbayar gitu. Sayangnya di panggung ini, double layar yang seharusnya menampilkan Tulus tidak digunakan sehingga wa sedikit kecewa. Hahaha, padahal sudah ambil posisi biar bisa enak lihat double layar walaupun tidak bisa melihat panggung.

Lampion/lampu gantung

Ketika sudah pukul 10.45 malam, wa berjalan ke panggung lain untuk menonton Glenn Fredly. Sama penuhnya. Lagi-lagi wa memilih posisi yang nyaman melihat double layar karena tidak memungkinkan untuk melihat panggung utama. Duduk di pinggir jalan dan ngemil coklat sambil menunggu Glenn Fredly hadir. Untungnya wa tidak bosan karena suara Tulus masih lumayan terdengar. Cukup lama wa menunggu, ketika Tulus selesai berbondong-bondonglah orang dari panggung Tulus pindah ke arah panggung Glenn. Akhirnya wa menepi ke rerumputan. Tidak berapa lama Tulus selesai, Glenn memasuki panggung dan mulai berbincang. Setelahnya beberapa lagu jazz yang jarang terdengar di layar kaca dilantunkan dengan indahnya. Penonton juga ikut bernyanyi walaupun tidak keras karena suara Glenn yang paling ingin mereka dengar. Setelah beberapa lagu, Glenn berbincang lagi. Kalau tidak salah ingat membahas tentang musik Indonesia dan jazz. Lanjut bernyanyi sambil bermain keyboard. Mantap deh ;D.

Glenn Fredly dari doble layar.

Hampir atau sudah tengah malam ya? akhirnya memutuskan pulang karena besok masih harus kerja. Sebelum pulang mampir dulu di stand makanan dan ngemil pop mie yang diskon. Sudah diseduh dan makan di mobil, nikmatnya. Btw, kenapa wa tahu nama beberapa penyanyi jazz yang lagi manggung. Padahal belum pernah lihat atau dengar. Karena bertanya, dari pada malu bertanya dan sesat dijalankan? #abaikan. Panitian juga membagikan selebaran acara dan penampilan artis jazz tiap panggung.

Jazz? Musik yang kaya nada! ;)





Narsis dulue.


referensi:
http://www.jgtc-festival.com/



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi (The 5th Wave, #2) by Rick Yancey

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi by Rick Yancey My rating: 4 of 5 stars Sinopsis: Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi? Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka. Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat Gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia. Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.  ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi merupakan buku kedua (#2) dari seri The 5th Wave/Gelombang 5. Sudah diterbitkan 3 novel lengkap oleh Gramedia Pustaka. Kemudian  The 5th Wave - Gelombang 5  telah diadaptasi ke layar bioskop dengan judul yang sa

Bishounen VS Ikemen

Dear Para Bishounen dan Ikemen, Sebenarnya lagi senang nonton dorama sih. Jadi kebawa-bawa dah istilah bishounen dan ikemennya. Lalu setelah itu wa mulai bertanya ada atau tidak perbedaan makna bishounen dan ikemen, atau sama saja pengunaan kedua kata tersebut?. Sebagai dasar atau bayangan awal, keduanya adalah istilah jepang untuk menunjukkan pemuda cantik. Hayo, pemuda cantik yang seperti apa?. Wa jadi berdebar-debar sendiri nih... *LOL XD 1) (*o*)q Oke, pertama kita mulai dari asal katanya menurut wikipedia jepang. Namun, karena isi wikipedia sendiri dapat "diciptakan" oleh penggunanya dimana setiap orang dapat berkontribusi dalam penulisan dan mengubah suatu artikel berarti wikipedia bukan bahan referensi yang valid seperti buku dan lain sebagainya. Tetapi wikipedia merupakan sumber referensi yang patut diperhitungkan. Penggunaan wikipedia jepang yang ditulis oleh orang jepang memberikan kita sudut pandang dari orang jepang. Oleh karena itu, mari kita telusuri arti

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su