Langsung ke konten utama

Ichipan-Ya Ramen

"Laughter is brightest where food is best." ~ Irish Proverb

2 bulan ini terasa cepat dengan pengalaman yang terus bertambah dan hati yang semakin mantap. Badai itu ada dan masih akan ada sampai beberapa minggu kedepan. Mencari tempat berteduh dengan udara yang baik itu susah. Disana-sini terdapat berbagai macam polusi. Yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Hahaha, benar-benar butuh tempat berteduh karena badai masih berlangsung.

Jadi setelah sidang proposal seharian perut butuh diisi. Sebelum giliran sidang hari itu pun sudah memikirkan ingin makan apa. Banyak pilihan dan pilihan tersebut jatuh pada ramen ;D. Ramen enak terdekat dari kampus ada di radio dalam. Dua tahun yang lalu, wa pernah berkunjung ke restoran ramen tersebut dengan pulang membawa kesan yang baik tentang restoran ramen itu. 

 Hari itu seperti biasanya udara panas. Wa membeli minuman dulu di indomaret terdekat. Menyegarkan! hingga dapat ke tempat tujuan yaitu restoran ramen dengan selamat. Dari luar restoran itu tidak banyak berubah. Di dalam restoran tempat duduk untuk menikmati ramen telah menyatu dengan toko roti. Suasana restorannya juga masih bagus dan menyejukkan :D


Yaki Gyoza & Yoichi Ramen Small

Wa langsung disapa oleh pramusaji dan ditanya ingin duduk dimana. Setelah melirik-lirik akhirnya memutuskan untuk duduk di dekat tembok. Pramusaji segera memberi menu dan menjelaskan tentang apa yang ada di menu setiap halamannya dengan detail. Ketika wa bertanya pun, jawabannya lugas dan ramah. Cukup lama wa memperhatikan menu dan pilihan jatuh pada Yoichi Ramen karena ramen ini salah satu rekomendasi ramen pedas. Hahaha, ramen lain ada tingkat kepedasannya juga sih. Kali ini tanpa toping. Wa menutup menu, tapi pramusaji dengan lihainya mengiring wa untuk mencoba gyoza. Tahu saja si pramusaji kalau wa suka sekali gyoza. Hahaha. 

Mari bicara harga. Dengan kepemilikan orang Jepang, restoran ini diberi harga standar (tidak murah & tidak mahal). Yang sering makan ramen pasti tahu harga standar ramen. 1 porsi Yoichi Ramen Small seharga Rp 48.000,- dan Yaki Gyoza 4 buah seharga Rp. 25.000,- (belum pajak). Di akhir bon pembayaran akan disertakan 5% servis, jadi jangan kaget kalau pramusajinya ramah ;P.

Rasanya?. Ramennya cukup enak walaupun bukan jenis ramen yang jadi list favorit wa. Lebih tepat kuahnya bukan kuah favorit untuk wa. Tapi pengemar rasa pedas atau yang biasa makan mie ditambah cabai rawit kemungkinan besar suka jenis ini ramen XD. Padahal mangkuknya sudah porsi 'small' tapi tetap saja banyak dan kenyang (ukuran perut cewe). Oh ya, toping standarnya ada telur, daging cincang dan kol. 

Wa benar-benar menikmati Yaki Gyoza disini sambil online lewat laptop kesayangan. Nikmatnya lumer dimulut. Wajah pasti sudah aneh karena senyum-senyum sendiri sambil berpikir ada bahan rahasia apa di dalam gyoza ini XDXD. Berasa jadi pencicip makanan ala komik masakan gitu XDXDXD. Wa beneran suka restoran ini. Bisa bikin mood wa naik! Selanjutnya mungkin akan jadi tempat 'nongkrong' juga karena tersedia roti dan minuman lainnya. Kamar mandi yang disediakan pun bersih. Hawanya juga bagus dengan penerangan yang lembut serta ruangan yang menghalau hawa panas dari luar. Bersih sudah pasti! Dan kenyamanan menjadi keharusan!


nb: Review dari dua tahun yang lalu ---> http://acesuzaku.blogspot.com/2012/12/keberuntungan-kecil-di-ramen-baru.html

nb2: Radio dalam raya, Jakarta Selatan (021-7228551)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi (The 5th Wave, #2) by Rick Yancey

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi by Rick Yancey My rating: 4 of 5 stars Sinopsis: Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi? Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka. Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat Gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia. Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.  ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi merupakan buku kedua (#2) dari seri The 5th Wave/Gelombang 5. Sudah diterbitkan 3 novel lengkap oleh Gramedia Pustaka. Kemudian  The 5th Wave - Gelombang 5  telah diadaptasi ke layar bioskop dengan judul yang sa

Bishounen VS Ikemen

Dear Para Bishounen dan Ikemen, Sebenarnya lagi senang nonton dorama sih. Jadi kebawa-bawa dah istilah bishounen dan ikemennya. Lalu setelah itu wa mulai bertanya ada atau tidak perbedaan makna bishounen dan ikemen, atau sama saja pengunaan kedua kata tersebut?. Sebagai dasar atau bayangan awal, keduanya adalah istilah jepang untuk menunjukkan pemuda cantik. Hayo, pemuda cantik yang seperti apa?. Wa jadi berdebar-debar sendiri nih... *LOL XD 1) (*o*)q Oke, pertama kita mulai dari asal katanya menurut wikipedia jepang. Namun, karena isi wikipedia sendiri dapat "diciptakan" oleh penggunanya dimana setiap orang dapat berkontribusi dalam penulisan dan mengubah suatu artikel berarti wikipedia bukan bahan referensi yang valid seperti buku dan lain sebagainya. Tetapi wikipedia merupakan sumber referensi yang patut diperhitungkan. Penggunaan wikipedia jepang yang ditulis oleh orang jepang memberikan kita sudut pandang dari orang jepang. Oleh karena itu, mari kita telusuri arti

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su