Langsung ke konten utama

The School for Good and Evil #kanarankareview

The School for Good and Evil (2022)


Sinopsis:

Sophie dan Agatha yang bersahabat dari kecil menemukan diri mereka berada di sisi yang berlawanan dari pertempuran epik, ketika mereka tersapu ke sekolah ajaib di mana calon pahlawan dan penjahat dilatih untuk melindungi keseimbangan Fairy Tale Land.

Kesan:

Based on novel yang belum saya baca. Tetapi saya sudah membaca sinopsis dan beberapa review dari buku pertama jadi tidak menonton secara kosong saja. Oh ya, bukunya sudah di terjamahkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Bukunya sudah ada 6 dengan genre fantasy Middle Age ke Young Adult.

Saya sengaja menurunkan ekspetasi untuk The School for Good and Evil. Ternyata saya cukup menikmati movie buatan Netflix satu ini. Selain karena ada beberapa egg easter aktor dan aktris yang nampang juga saya menikmati adegan pertarungan yang ada dari awal hingga akhir movie. Apa karena ada Michelle Yeoh jadi tim koreografi adegan pertarungannya bagus untuk taraf fantasy-school-middle grade?!


Egg easter lain selain Michelle Yeoh yang menjadi professor Anemone adalah narator/pencerita yang Cuma suara di awal sampai akhir film. Cate Blanchett, kawans! Our queen & elf, Cate Blanchett.

Mari saya jabarkan dengan detail, yaitu:

+ CG Fantasi 8/10. CG taraf Hollywood dengan efek fantasi yang bagus. Paling saya suka adalah burung raksasa dan manusia serigala penjaga kastil Never.

+ Aksi 9/10. Pertarungan si kembar pembangun sekolah, pertarungan dengan si mata satu, pertarungan dengan jack the labu, sampai pertarungan antara murid Never dan Ever dikoreografikan dengan detail dan bagus. Saya menikmati momen mereka bertarung!

+ Fashion 9/10. Tepuk tangan untuk tim pengarah gaya dan tata busana dalam The School for Good and Evil. Tiap Ever dan Never stand out sekali busananya. Dari murid sampai pengajarnya memakai busana-busana yang OK BANGET. Favorit fashion? Fashion Sophia ketika sudah bekerja sama dengan Rafal. Damn, gorgeous gotic dress!


- Plot cerita 7/10. Cerita Fairy Tale campur sekolah era modern dengan genre Young Adult. Cukup bisa diprediksi dengan twist yang sederhana. 
 
- Karakter 7/10. Karakter dibagi menjadi “Good” dan “Evil”.

- Perkembangan karakter 6/10. Bisa diprediksi dari awal.

- Humor 6/10. Romansa lebih kuat daripada humor.

+ All over 7,5/10 untuk movie The School for Good and Evil yang bukan movie dengan cerita yang rumit, tapi memanjakan mata dengan adegan pertarungan dan warna-warni busana yang mereka pakai.


Karakter favorit? Sorry to say bukan Agatha walau saya suka karakternya yang setia kawan dan logikanya jalan. Bukan juga Sophia yang bercita-cita jadi Princess berbunga-bunga dan hidup happy ever after. 

Karakter Rafal sebenarnya menarik hati. Diperankan dengan kece oleh aktor Kit Young yang juga memerankan Jesper Fahey di TV series, Shadow and Bone. Selain jadi Rafel, Kit juga double peran menjadi kembar pencetus sekolah yaitu Rhian. Kece tapi bukan karakter paling favorit kali ini. 

Bagaimana dengan para pahlawan, kesatria atau pangeran? Murid Never dari sekolah Evil?? They were all too young and naive. Please, no.

Jadi siapa? Perkenalkan pengajar di sekolah Evil, Lady Lesso. OMG! Karakter Lady Lesso di versi movie dari awal kemunculannya yang dingin, kuat dan memerintah itu kece badai. Charlize Theron yang menjadi Lady Lesso dengan rambut megar merahnya ini nggak kalah sama Red Queen mana pun. Charlize Theron memang aktris yang penampakan dan auranya sudah ratu banget sih. Best lah.  



Tiktok: @kanahobbyist


#netflix #theschooolforgoodandevil #moviereview #school #fantasy #kanarankareview #kityoung #sophiaannecaruso #sofiawylie #charlizetheron

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi (The 5th Wave, #2) by Rick Yancey

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi by Rick Yancey My rating: 4 of 5 stars Sinopsis: Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi? Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka. Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat Gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia. Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.  ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi merupakan buku kedua (#2) dari seri The 5th Wave/Gelombang 5. Sudah diterbitkan 3 novel lengkap oleh Gramedia Pustaka. Kemudian  The 5th Wave - Gelombang 5  telah diadaptasi ke layar bioskop dengan judul yang sa

Bishounen VS Ikemen

Dear Para Bishounen dan Ikemen, Sebenarnya lagi senang nonton dorama sih. Jadi kebawa-bawa dah istilah bishounen dan ikemennya. Lalu setelah itu wa mulai bertanya ada atau tidak perbedaan makna bishounen dan ikemen, atau sama saja pengunaan kedua kata tersebut?. Sebagai dasar atau bayangan awal, keduanya adalah istilah jepang untuk menunjukkan pemuda cantik. Hayo, pemuda cantik yang seperti apa?. Wa jadi berdebar-debar sendiri nih... *LOL XD 1) (*o*)q Oke, pertama kita mulai dari asal katanya menurut wikipedia jepang. Namun, karena isi wikipedia sendiri dapat "diciptakan" oleh penggunanya dimana setiap orang dapat berkontribusi dalam penulisan dan mengubah suatu artikel berarti wikipedia bukan bahan referensi yang valid seperti buku dan lain sebagainya. Tetapi wikipedia merupakan sumber referensi yang patut diperhitungkan. Penggunaan wikipedia jepang yang ditulis oleh orang jepang memberikan kita sudut pandang dari orang jepang. Oleh karena itu, mari kita telusuri arti

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su