Langsung ke konten utama

The Last of Us #hbo #kanareview

The Last of Us (2023)

Episode: 9

Sinopsis:

The Last of Us bercerita tentang kehidupan setelah terjadinya wabah mirip seperti zombie. Diceritakan pada tahun 2003, jamur menginfeksi otak manusia hingga membuat yang terinfeksi menjadi haus darah dan mudah menginfeksi orang lain. Kondisi ini memicu pandemi global dan menyebabkan kehancuran peradaban. 20 tahun kemudian, seorang penyelundup bernama Joel Miller (Pedro Pascal) tidak sengaja mengawal Ellie Williams (Bella Ramsey) untuk melintasi Amerika Serikat pasca-apokaliptik. Berhasilkan Ellie mencapai tujuannya?

Kesan:

Amazing series based on game The Last of Us. 9 Episode yang padat dan mengagumkan secara sinematik dan cerita. Saya sangat puas dan sangat menikmati setiap episode The Last of Us. Ceritanya, wow. Tidak hanya terdiri dari satu sudut pandang saja tapi dari beberapa sudut pandang. Bukan hanya tentang kejar-kejaran antara para zombie jamur tapi juga tentang ‘menjadi manusia’ paska kehancuran peradaban. 

Setiap Episode memiliki pembuka yang juga menajubkan. Penjelasan tentang jamur, bagaimana infeksi jamur tersebut tidak ada obatnya dan bagaimana jamur menyebabkan kehancuran peradaban. Beberapa ester egg dari game dan beberapa perubahan yang malah meningkatkan pengalaman ketika menonton. The Last of Us is masterpiece at least for me. Namun nilai imdb juga 9,0 dan Tomatoes 96% segar!  

Wow, Pedro Pascal menjadi Joel itu klop banget. Saya suka Pedro Pascal semenjak Game of Throne terus berlanjut pada seri The Mandalorian. Btw, The Mandaloria season 3 sudah mulai tayang di Disney+. Sedangkan The Last of Us ini tayang di HBO. Level kesukaan saya pada om-om satu ini meningkat tiap tahunnya <3. Akting tidak perlu diragukan lagi. BERHASIL MEMBUAT BAPER!

Artis muda Bella Ramsey juga berperan dengan hebat menjadI Ellie. Muda, energik dan manusiawi. Tidak mudah seorang anak perempuan untuk hidup setelah wabah jamur melanda. Ellie yang memiliki traumanya sendiri ini akhirnya menemukan sosok ayah pada diri Joel. Joel pun akhirnya luluh dengan sikap Ellie dan mengorbankan…dunia…?

Penjabaran nilai pribadi dari saya, yaitu:

+ CG sinematografi 9/10. Sinematiknya, WOW. Terlihat sederhana dan membosankan padahal pengambilan setiap adegannya dipikirkan dengan baik. Sinematik yang rapi dengan sudut yang membuat penasaran.  
+ Scoring 8/10. Like GoT, visual dan lagu pembuka The Last of Us sunguh ikonik.
+ Aksi 9/10. The Last of Us tidak hanya memiliki adegan kerjar-kejaran dengan zombie jamur tapi juga kejar-kejaran dengan manusia lain. 
+ Plot cerita 9/10. Everything is on point! Cerita tentang para manusia dalam keadaan terburuk mereka hingga mengambil jalan-jalan kehidupan yang buruk. Para penyintas ini berjuang untuk hidup dengan cara apapun atau dengan cara terbaik yang bisa mereka dapatkan.
+ Karakter 9/10. Yang saya suka dari karakter-karakter The Last of US adalah karakternya tidak dua dimensi tapi manusiawi dan memiliki hasrat bertahan hidup. Masing-masing karakter punya trauma mereka sendiri. Trauma itu bisa diajak berdamai atau menelan mereka tergantung keteguhan dan perjalanan hidup tiap karakter.

+ Perkembangan karakter 10/10. Kenapa? Karena perkembangan katakter banyak membuat kejutan. Apalagi yang tidak bermain game The Last of Us. Tiap episode punya karakter yang mengejutkannya sendiri. Wow, mindblowing banget.
+ Humor 7/10. Ellie membawa humor remaja ditengah ketegangan kehidupan bertahan hidup. 
+ Gore 8/10. Seri pascabencana yang gore tapi sinematiknya bagus sehingga tidak terlalu menjijikkan ketika menonton. Rapid an menarik. (1-10, 1 yang paling tidak gore & 10 sangat gore)

+ All over 9/10 karena sesuka itu saya dengan seri The Last of Us. Para pemainnya mengagumkan, naskahnya brilian dan eksekusinya mindblowing. Seri yang amat enak dan bisa ditonton ulang lagi. 

“Joel, Save Who You Can Save.” – Theresa ‘Tess’ Servopoulos


#HBO #thelastofus #seriesreview #pedropascal #bellaramsey #baseongame #thriller #zombie #apocalyse #kanareview

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi (The 5th Wave, #2) by Rick Yancey

The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi by Rick Yancey My rating: 4 of 5 stars Sinopsis: Bagaimana cara melenyapkan miliaran manusia penghuni Bumi? Lenyapkan sisi kemanusiaan mereka. Nyaris mustahil rasanya selamat dari empat Gelombang pertama. Tetapi Cassie Sullivan berhasil, dan sekarang ia hidup di dunia baru, dunia tanpa rasa percaya pada sesama. Saat Gelombang 5 menyapu segalanya, Cassie, Ben, dan Ringer dipaksa berhadapan dengan tujuan utama para Makhluk Lain: pemusnahan umat manusia. Maka mereka pun terlibat dalam pertempuran terdahsyat: antara hidup dan mati, cinta dan benci, harapan dan kenyataan.  ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ The Infinite Sea - Lautan Tak Bertepi merupakan buku kedua (#2) dari seri The 5th Wave/Gelombang 5. Sudah diterbitkan 3 novel lengkap oleh Gramedia Pustaka. Kemudian  The 5th Wave - Gelombang 5  telah diadaptasi ke layar bioskop dengan judul yang sa

Bishounen VS Ikemen

Dear Para Bishounen dan Ikemen, Sebenarnya lagi senang nonton dorama sih. Jadi kebawa-bawa dah istilah bishounen dan ikemennya. Lalu setelah itu wa mulai bertanya ada atau tidak perbedaan makna bishounen dan ikemen, atau sama saja pengunaan kedua kata tersebut?. Sebagai dasar atau bayangan awal, keduanya adalah istilah jepang untuk menunjukkan pemuda cantik. Hayo, pemuda cantik yang seperti apa?. Wa jadi berdebar-debar sendiri nih... *LOL XD 1) (*o*)q Oke, pertama kita mulai dari asal katanya menurut wikipedia jepang. Namun, karena isi wikipedia sendiri dapat "diciptakan" oleh penggunanya dimana setiap orang dapat berkontribusi dalam penulisan dan mengubah suatu artikel berarti wikipedia bukan bahan referensi yang valid seperti buku dan lain sebagainya. Tetapi wikipedia merupakan sumber referensi yang patut diperhitungkan. Penggunaan wikipedia jepang yang ditulis oleh orang jepang memberikan kita sudut pandang dari orang jepang. Oleh karena itu, mari kita telusuri arti

The Mortal Instruments: City of Bones (Movie)

*Film adaptasi (2013) dari novel karya Cassandra Clare. Wa merasa 'ngeh' waktu melihat poster Mortal Instruments City of Bones pertama kali di tahun 2013. Wah, adaptasi dari novel nih. Lalu ingatan yang muncul selanjutnya adalah nama Jace! Padahal wa lumayan geregetan sama Jace yang sombong itu alias bukan karakter favorit ;'D. Kemudian keingat 3 novelnya yang wa baca dari pinjaman teman beberapa tahun lalu. Terakhir menetapkan hati untuk menonton filmnya di bioskop. Ternyata rencana cuma rencana karena sibuk, film The Mortal Instruments: City of Bones lewat tanpa wa tonton... Di awal bulan tahun 2015 ini, akhirnya wa nonton film The Mortal Instruments: City of Bones juga. Dari posternya sih wa tidak ekspektasi berlebihan mengenai adaptasi novel yang benar-benar 'wow' seperti film Hunger Games yang memang memuaskan pembaca novelnya. Secara plot cerita tidak ada masalah bagi wa. Lupa-lupa ingat juga cerita novelnya *plak ;P. Kalau visualnya dapetlah, wa su